Senin, 20 Juni 2016

TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM



BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Dalam melaksanakan pendidikan Islam sangat dibutuhkan adanya metode yang tepat, efektif, dan efisien dengan tujuan untuk mnghantarkan tercapainya suatu tujuan pendidikan yang telah di rencanakan dan di cita-citakan. Materi yang baik dan benar saja tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak di imbangi dengan metode yang baik pula. Oleh karena itu, kebaikan suatu materi yang akan di sampaikan dalam ranah pendidikan harus di topang dengan adanya metode pendidikan.
Pemilihan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan sebuah peruses pendidikan, demikian juga penerapan metode yang kurang tepat akan membuat proses pendidikan menjadi gagal, suasana pembelajaran akan terasa membosankan, sehingga siswa sulit menerima pelajaran. Ada sebuah kaidah yang sangat terkenal yaitu “Al-Thariqah Ahammu min al-Maddah” yaitu metode di anggap lebih penting dari pada penguasaan materi. Kaidah ini sangat dalam maknanya, bahwa keberhasilan seorang guru dalam mendidik sangat di pengaruhi oleh penguasaan dan penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajarannya.[1]
Salah satu contoh kegagalan dalam metode pembelajaran seperti sorang guru matematika yang menyelesaikan tugasnya dengan cara diskusi padahal yang harus di lakukannya adalah memperbanyak praktek langsung atau seperti contoh lainnya guru Agama yang mengajarkan masalah solat janazah tetapi hanya dengan mentode ceramah tidak di barengi dengan metode praktek. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan atau tidak fahamnya murid akan pelajaran tersebut.
Ada beberapa metode pembelajaran yang telah di ajarkan oleh Islam bukan hanya  metode pembelajaran yang di pakai saat ini, metode pembelajran saat ini kebanyakan menggunakan metode ceramah yang tanpa adanya sentuhan kreasi motifasi ataupun media yang dapat di manfaatkan oleh guru dalam upaya mendukung keberhasilah pembelajaran tersebut.
Jika guru hanya menggunakan satu metode dan itu yang selalu di pakainya saat mengajar maka akan membuat murid tidak tertarik atau tidak akan terlibat didalam pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang monoton ini tentu saja menjadikan peserta didik tertekan dan seakan ingin lari dari kelasnya.[2]

B.  Rumusan Masalah

Oleh karena itu dengan latar belakang ini penulis mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian metodologi pendidikan Islam ?
2.      Bagaimana metode pendidikan Islam?


BAB II
KAJIAN TEORI

A.   Pengertian Metode Pendidikan Islam

Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.[3] Sementara dalam bahasa Arab kata metode di ungkapkan dalam bentuk kata thariqah brarti jalan, dan manhaj yang berarti system, serta wasilah yang berarti perantara. Dari kedua bahasa tersebut sepertinya tidak terjadi perbedaan makna.
Adapun secara istilah, menurut Abuddin Nata metodologi dapat di artikan sebagai cara-cara yang dapat di gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan, yaitu perubahan-perubahan kepada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian metode ini taerkait dengan perubahan dan perbaikan.[4]
Para ahli mendefinisikan metode sebagai brikut:
1.      Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus di lalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Abd. Ar-Rahmah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dama mencapai tujuan pendidikan.
3.      Al- Abrasy mendefinisikan bahwa jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada murid-murid tentang segala macam metode dalam berbagai pelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan di gunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan atau pengajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah di tetapkan.[5]

B.  Sumber Pendidikan Islam

Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut persoalan individual atau sifat sosial dari peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga dalam menggunakan metode, seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan. Sebab metode pendidikan hanyalah sarana menuju tujuan pendidikan, sehingga segala cara yang ditempuh oleh seorang pendidik harus mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak lepas dari dasar agama, biologis, psikologis dan sosiologis.

1.   Dasar Agama

Dalam tataran konseptual, metodologi pendidikan dalam Islam, selalu berlandaskan pada aspek-aspek yang terkandung dalam ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta dapat di dukung oleh ijtihad dan kajian pemikiran ulama-ulama Islam yang kompeten dalam bidang-bidangnya yang kesemuanya ini terkumpul dalam khasanah keilmuan Islam sohihah, yaitu turast.
Al-Qur’an dan sunah inilah yang menjadi landasan pokok dalam metodologi pendidikan Islam yang harus digunakan secara hierarkis. Al-Qur’an harus di dahulukan, jika tidak di temukan suatu penjelasan di dalamnya, maka harus di cari dalam Sunnah. Adapun Ijtihad dan kajian ulama kontemporer dapat dijadikan sebagai rujukan sekunder sebagai bahan pendukung dalam proses pengembangan pendidikan Islam.[6]
Nilai-nilai Al-Qur’an yang diserap oleh Rasulullah terpancar dalam gerak-geriknya yang direkam oleh para sahabat sehingga hampir tidak ada ayat yang tidak dihafal dan diamalkan oleh sahabat. Di samping itu kehadiran Al-Qur’an di tengah masyarakat Arab, memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa mereka. Akhirnya, mereka berpaling secara total, dan semua keputusan selalu melihat isyarat Al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan. Sementara pendidikan salah satu wahana untuk merumuskan dan mencapai tujuan hidup. Dengan demikian petunjuk hidup seluruhnya harus ditujukan kepada  isyarat  Al-Qur’an,  karena  Al-Qur’an  mulai  ayat  pertama  hingga terakhir tidak terlepas dari isyarat pendidikan.[7]
Secara prinsip metodologi pendidikan Islam tersebut, berbeda jauh dengan metrodologi pendidikan Barat. Metodologi yang di kembangkan Barat di bangun atas tradisi budaya yang di perkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan secular yaitu memusatkan manusia sbagai manusia rasional, dan sengaja membuang pesan-pesan wahyu, nilai-nilai ketuhanan, dan dimensi spiritual. Akibatnya ilmu pengetahuan seta nilai-nilai etika dan moral, yang di atur pleh rasio manusia terus menerus berubah. Sehingga dari cara pandang seperti  inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu secular.[8]
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode Pendidikan Islam berdasarkan pada agama, dan karena Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan sumber pokok ajaran agama Islam, maka dalam pelaksanaan metode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efisien yang dilandasi nilai-nilai keduanya (Al-Qur’an dan Al-Hadist).

2.   Dasar Biologis

Perkembangan biologis manusia, mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya, sehingga semakin lama perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan terutama dalam Pendidikan Islam, seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
Perkembangan kondisi jasmani (biologis) seseorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya. Seseorang yang menderita cacat jasmani akan mempunyai kelemahan dan kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang yang normal, misalnya seseorang yang mempunyai kelainan pada matanya (rabun jauh), maka cenderung untuk duduk di bangku barisan depan, karena berada di depan, maka tidak dapat bermain-main pada waktu guru memberikan pelajarannya, sehingga memperhatikan seluruh uraian guru. Karena hal ini berlangsung terus-menerus, maka dia akan mempunyai pengetahuan lebih dibanding dengan lainnya, apalagi termotivasi dengan kelainan mata tersebut.
Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan jasmani itu sendiri memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik harus memperhatikan kondisi biologis peserta didik. Seorang peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik, baik pengaruh positif maupun negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan Tuhan, maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian secukupnya pada siswanya untuk menerima penciptaan Allah yang sedemikian rupa.[9]

3.   Dasar Psikologis

Metode Pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif, bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis siswa. Sebab perkembangan dan kondisi psikologis siswa memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap internalisasi nilai dan transformasi ilmu. Dalam kondisi jiwa yang labil (jiwa yang tidak normal), menyebabkan transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Perkembangan psikologis seseorang berjalan sesuai dengan perkembangan biologisnya, sehingga seorang pendidik dalam menggunakan metode pendidikan bukan saja memperhatikan psikologisnya tetapi juga biologisnya. Karena seseorang yang secara biologisnya cacat, maka secara psikologisnya dia akan merasa tersiksa karena ternyata dia merasakan bahwa teman-temannya tidak mengalami seperti apa yang dideritanya. Dengan memperhatikan yang demikian itu, seorang pendidik harus jeli dan dapat membedakan kondisi jiwa peserta didik, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik di samping memperhatikan kondisi jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya. Sebab manusia pada hakekatnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam metode Pendidikan Islam berupa sejumlah kekuatan psikologis peserta didik termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektualnya), sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang ada pada peserta didik.[10]

4.   Dasar Sosiologis

Interaksi yang terjadi antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan siswa, merupakan interaksi timbale balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologi seorang individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sosial masyarakatnya dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya hendaklah memberikan teladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti dikala berinteraksi dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah dan karyawan.
Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta didik dikala berada di lingkungan masyarakatnya. Kadang-kadang interaksi dari masyarakat tersebut, berpengaruh pula terhadap lingkungan kelas dan sekolah.[11]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dasar sosiologis adalah salah satu dasar dalam metode Pendidikan Islam. Dari dasar sosiologis inilah pendidik diharapkan dapat menggunakan metode Pendidikan Islam yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode Pendidikan Islam harus dijalankan atas dasar agama, biologis, psikologis dan sosiologis, sehingga dari keempat dasar tersebut metode Pendidikan Islam akan berjalan dengan baik dan tercapailah tujuan pendidikan tersebut.


BAB III
ANALISIS FILOSOFIS

A.  Analisi Filosofis tentang Metode Pendidikan

Dalam kajian filsafat, ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan tiga sub sistem dari filsafat. Ontologi merupakan teori tentang ”ada”, yaitu tentang apa hakikat sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Epistemologi merupakan teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Sementara aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan atau fungsi dari objek yang dipikirkan. Dengan gambaran sederhana dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang perlu dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi).
Pendidikan juga merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah metode. Secara sederhana dapat dipahami bahwa metode dalam pendidikan adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan suatu tujuan yang diinginkan. Dengan demikian ada kaitan yang erat antara epistemologi dengan metode, bahkan dengan metodologi.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur/cara-cara mengetahui sesuatu. Sedangkan metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Jadi, jika metode bicara tentang prosedur sesuatu maka metodologilah yang merangkai secara konseptual tentang prosedur tersebut.
Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa jika diurutkan, epistemologi merupakan bagian dari filsafat, metodologi bagian dari epistemologi, dan metode merupakan bagian dari metodologi.[12] Metode pendidikan Islam bersumber pada QS. An-Nahl 125 yaitu:
 “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
         Menurut al-Qurtubi, turunnya ayat ini di Mekkah ketika Rasulullah Saw di perintahkan untuk menghadapi kekejaman kaum Quraisy. Allah memerintahkan mereka kepada agama Allah dan menjalankan Syari’at-Nya dengan penuh hikmah, mau’izhah hasanah dan mujadalah dengan cara terbaik. Pola ini di duga akan mendorong mereka beriman.
Ayat ini secara jelas menunjukan bahwa ada beberapa alternatif dalam menggunakan metode hikmah, mau’izhah hasana, dan mujadalah. Metode tersebut dapat digunakan sesuai kondisi yang paling tepat guna menunjang keberhasilan proses mendidik umat. Al-Fakhr Al-Raji menyatakan, ”ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengajak manusia (kepada jalan Allah) dengan salah satu dari ketiga metodologi ini, yakni dengan hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujadalah dengan cara terbaik.
Dari ayat ini pula Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam. Menurutnya, metode yang dianggap paling penting dan paling menonjol adalah sebagai berikut:
1.      metode dialog Qur’ani dan Nabawi, meliputi dialog khithabi dan ta’abbudi, dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, dan dialog nabawi.
Hiwar(dialog) adalah percakapan silih berganti antara dia pihak atau lebihmelalui tanya jawab atau mengenai satu topik yang mengarah pada satu tujuan. Hiwar Qur’ani merupakan dialog yang berlangsung abtara Allah dan hambanya. Sedangkan hiwar nabawi adalah dialog yang di gunakan nabi dalam mendidik sahabatnya.[13]
2.      mendidik melalui kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.
Dalam pendidikan Islam kisah merupakan fungsi edukatif yang tidak dapat di ganti dengan bentuk penyampaian lain dari bahasa. Hal ini disbabkan kisah Qur’ani dan Nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai sisi psikologisdan edukatif yang sempurna, rapi, dan jauh jangkauannya seiring perjalanan zaman.[14]
3.      mendidik melalui perumpamaan (amtsal) Qur’ani dan Nabawi.
Metode ini, disebut pula metode “amsal” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep perumpamaan yang diungkapkan Al-qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya, Dampak edukatif dari perumpamaan Al-quran dan Nabawi diantaranya :
a.       Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam Al-Quran.
b.      Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
c.       Membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid pada analogis melalui penyebutan premis-premis.
d.      Mampu mencipatan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia.
Terdapat banyak ayat, dan hadist yang menggunakan metode ini, agar manusia dapat mengambil pelajaran (ibrah) dan dapat timbul motivasi untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Seperti perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah sperti orang yang menanam sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, yang tiap tangkainya berisi seratus butir. (QS. Al-Baqarah: 261)[15]
4.      mendidik melalui keteladanan.
Metode ini, disebut juga metode meniru yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik. Dalam Al-qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti teladan yang baik. Metode keteladanan adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladanan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan. Dengan demikian metode keteladanan ini bertujuan untuk menciptakan akhlak al-mahmudah  kepada  peserta didik.
Acuan dasar dalam berakhlak al-mahmudah  adalah Rosulullah dan para Nabi lainnya yang merupakan suri tauladan bagi umatnya.seorang pendidik dalam berinteraksi dengan anak didiknya akan menimbulkan respon tertentu baik positif maupun negatif, seorang pendidik sama sekali tidak boleh bersikap otoriter, terlebih memaksa anak didik dengan cara-cara yang merusak fitrohnya.
Nilai edukatif keteladanan dalam dunia pendidikan adalah metode influitif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalammempersiapkan danmembentuk moral spriritual dan sosial anak didik. Keteladanan itu ada dua macam :
a.       Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh si terdidik.
b.      Berperilaku sesuaidengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada terdidik,sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.[16]
5.      mendidik melalui aplikasi dan perbuatan.
Salah satu mtode yang di gunakan oleh Rasolullah Saw dalam mendidik sahabatnya adalah dengan latihan, yaitu memberikan kesempatan kepada sahabat untuk mempraktikkan cara-cara melakukan ibadah beribadah secara berungkali. Metode ini di perlukan oleh seorang pendidik untuk memberikan pemahaman dan membentuk keterampilan peserta didik.

6.      mendidik melalui ibrah dan mau’izhah hasanah
Metode ini disebut juga metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberi motivasi. Metode Ibrah atau mau’zhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan mana anak didik terhadap hakekat sesuatu,serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam. Menurut Al-qur’an, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya, mereka seolah-olah tidak mau tau kebenaran tersebut terlebih melaksanakannnya. Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar psikologis yang kuat, karena orang pada umumnya kurang senang dinasehati, terlebih jika ditunjukkan kepada pribadi tertentu.
7.      mendidik melalui targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).
Metode ini, disebut pula metode “ancaman”  dan atau “intimidasi” yagni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik. Istilah targhib dan tarhib dalam al-qur’an dan as-sunnah berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh suatu dosa kepada Allah dan Rosulnya. jadi, iya juga dapat diartikan sebagai ancaman Allh melalui penonjo;an salah satu sifat keagungan dan kekuatan illahiyah agar mereka(peserta didik) teri9ngat untuk tidak melakukan kesalahan.
Ada beberapa kelebihan yang palinh berkenaan dengan metode targhib dan tarhib inio antara lain :
a.       Taghib dan tarhib bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi.
b.      Targhib dan tarhip disertai gambaran keindahan surgaynag menakjubkan atau pembebasan azab neraka.
c.       Targhib dan tarhib islami bertumpu pada pengobatan emosa dan pembinaan efeksi ketuhanan.
d.      Targhib dan tarhib bertumpu pada pengontrolan emosi dan keseimbangan antara keduanya.[17] 



BAB IV
KESIMPULAN

            Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan
1.      Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits.
Sumber pendidikan Islam itu meliputi dasar agama, psikologis, psikologis, dan sosiologis
2.      Al-Qur’an sebagai sumber utama agama Islam khususnya di dalam pendidikan sudah menjelaskan metode yang sangat baik untuk di aplikasikan kepada peserta didik yaitu dalam surah QS. An-Nahl: 125 yang memiliki 3 metode
a.       Metode hikmah
b.      Metode mau’izhah hasanah
c.       Metode mujadalah
Dari metode ini Abdurrahman an nahlawi mengembangkannya menjadi
a.       metode dialog Qur’ani dan Nabawi, meliputi dialog khithabi dan ta’abbudi, dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, dan dialog nabawi.
b.      mendidik melalui kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.
c.       mendidik melalui perumpamaan (amtsal) Qur’ani dan Nabawi.
d.      mendidik melalui keteladanan.
e.       mendidik melalui aplikasi dan pengamalan.
f.       mendidik melalui ibrah dan nasehat dan.
g.       mendidik melalui targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).



DAFTAR PUSTAKA

Alim, Akhmad, Tafsir Pendidikan Islam, Jakarta : Amp Press, 2014
An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat (Terj Shihabuddin), Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Daradjat, Zakiyah, Dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Muhammad Qosim LA, 2012, “Analisis Filosofis Metoda Dan Alat Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”, Skripsi
Qonitah,M,  Konsep Metode Pendidikan Islam: Studi Pemikiran Prof. Dr. HM Quraisy Shihab”, Skripsi, 2009, Surabaya: Tidak Di Terbitkan.
Ramayulis, H, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Rokib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Lkis Group, 2011
Ubhiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II.  Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997.


[1] Akhmad Alim, “Tafsir Pendidikan Islam”, Jakarta : AMP Press, 2014, hlm :89
[2] Moh. Rokib, “Ilmu Pendidikan Islam”, Yogyakarta : Lkis Group, 2011, hlm: 89
[3] Nur Ubhiyati, “Ilmu Pendidikan Islam II”, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997, hlm: 99
[4] Akhmad Alim, “Tafsir Ayat Pendidikan Islam”, hlm: 92
[5] M. Qonitah, 2009, “Konsep Metode Pendidikan Islam: studi pemikiran prof. dr. HM Quraisy Shihab”, skripsi, Surabaya: tidak di terbitkan, hlm : 1
[6] Akhmad Alim, “Tafsir Pendidikan Islam”, hlm :93
[7] Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, Jakarta: Kalam Mulia, 2004, hlm: 158
[8] Akhmad Alim, “Tafsir Pendidikan Islam”, hlm: 94
[9] Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, hlm 159
[10] Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, hlm: 160
[11] Zakiah Daradjat, dkk, “Metode Khusus Pengajaran Agama Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm: 140.
[12] Muhammad Qosim LA, 2012, “Analisis Filosofis Metoda Dan Alat Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”, skripsi, hlm : 2

[13] An-nahlawi, “pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (trj. Shihabudin), Jakarta: Gema Insani, 1995, hlm : 205-231
[14] Ibid, “pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (trj. Shihabudin), hlm: 239
[15] Akhmad Alim, “Tafsir Pendidikan Islam”, Jakarta : AMP Press, 2014, hlm :107
[17] An-nahlawi, “pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (trj. Shihabudin), hlm: 295

Tidak ada komentar:

Posting Komentar