Selasa, 21 Juni 2016

Kamus Ilmu Sharaf أمثلة التصريفية


Assalamaialaikum,,,
          Mau share contoh kamus Shorof neh tapi kamus ini cuma kamus istilah yang ada di dalam kitab "Amsilah tasrifiyyah" anak pondok pasti tau dong ya,,,,dulu waktu zaman kuliah ada pelajaran buat kaya beginian ^_^
yawdah biar cepet aja silahkan di pelajari sama-sama  

Riwayat pengarang أمثلة التصريفية
Nama lengkapnya, Muhammad Ma’shum bin Ali bin Abdul Jabbar Al-Maskumambani[1]. Lahir di Maskumambang, Gresik, tepatnya di sebuah pondok yang didirikan oleh sang kakek.
Setelah belajar pada ayahnya, Ma’shum muda pergi menuntut ilmu di Pesantren Tebuireng Jombang. Ia termasuk salah satu santri generasi awal Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari. Pada masa itu, selain dituntut untuk belajar, para santri juga diharuskan ikut berjuang melawan penjajah. Kedatangannya ke Tebuireng disusul oleh adik kandungnya, Adlan Ali -kelak atas inisiatif Hadratus Syeikh, Kiai Adlan mendirikan pondok putri Wali Songo Cukir.
Bertahun-tahun lamanya pemuda Ma’shum mengabdi di Tebuireng. kemampuannya dalam segala bidang ilmu, terutama bidang falak, hisab, sharaf, dan nahwu, membuat Hadratus Syeikh tertarik untuk menikahkan dengan putrinya, Khairiyah. Mendirikan Pondok Seblak adalah sebuah nama dusun yang terletak sekitar 300 m sebelah barat Tebuireng. Penduduk Seblak kala itu masih banyak yang melakukan kemungkaran, seperti halnya warga Tebuireng sebelum kedatangan Hadratus Syeikh. Melihat kondisi ini, Kiai Ma’shum merasa terpanggil untuk menyadarkan masyarakat setempat dan mengenalkan Islam secara perlahan.
Jerih payahnya diridhai Allah SWT. Pada tahun 1913, ketika usianya baru 26 tahun, beliau mendirikan sebuah rumah sederhana yang terbuat dari bambu. Seiring berjalannya waktu, di sekitar rumah tersebut kemudian didirikan pondok dan masjid, yang berkembang cukup pesat.
Meski sudah berhasil mendirikan pondok, Kiai Ma’shum tetap istiqamah mengajar di madrasah Salafiyah Syafiiyah Tebuireng, membantu Hadratus Syeikh mendidik santri. Pada tahun berikutnya, beliau diangkat menjadi Mufattis (Pengawas) di Madrasah tersebut.

Karya Pena
Meskipun jumlah karyanya tak sebanyak Hadratus Syeikh, akan tetapi hampir semua kitab karangannya sangat monumental. Bahkan, banyak orang yang lebih  mengenal kitab karangannya dibanding pengarangnya. Ada empat kitab karya beliau;
1. Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah. Kitab ini menerangkan ilmu sharaf. Susunannya sistematis, sehingga mudah difaham dan dihafal. Lembaga-lembaga pendidikan Islam, baik di Indonesia atau di luar negeri, banyak yang menjadikan kitab ini sebagai rujukan. Kitab ini bahkan menjadi menjadi pegangan wajib di setiap pesantren salaf. Ada yang menjulukinya kitab ”Tasrifan Jombang”. Kitab yang terdiri dari 60 halaman ini, telah diterbitkan oleh banyak penerbit, diantaranya Penerbit Salim Nabhan Surabaya. Pada halaman pertamanya tertera sambutan berbahasa Arab dari (mantan) menteri Agama RI, KH. Saifuddin Zuhri.
2. Fathul Qadir. Konon, ini adalah kitab pertama di Nusantara yang menerangkan ukuran dan takaran Arab dalam bahasa Indonesia. Diterbitkan pada tahun 1920-an, kitab ini diterbitkan  oleh penerbit Salim Nabhan Surabaya dengan Halaman yang tipis tapi lengkap. Kitab ini banyak dijumpai di pasaran.
3.  Ad-Durus Al-Falakiyah. Meskipun banyak orang yang beranggapan bahwa ilmu falak itu rumit, tetapi bagi orang yang mempelajari kitab ini akan berkesan ”mudah”, karena disusun secara sistematis dan konseptual. Di dalamnya termuat ilmu hitung, logaritma, almanak Masehi dan Hijriyah, posisi Matahari, dll. Kitab yang diterbitkan oleh Salim Nabhan Surabaya tahun 1375 H ini, terdiri dari tiga juz dalam satu jilid dengan jumlah 109 halaman.
4. Badi’atul Mitsal. Kitab ini juga menerangkan perihal ilmu falak. Beliau berpatokan bahwa yang menjadi pusat peredaran alam semesta bukanlah Matahari sebagaimana teori yang datang kemudian, melainkan Bumi. Sedangkan Matahari, planet dan bintang yang jumlahnya sekian banyaknya, berjalan mengelilingi Bumi.


Petunjuk Penggunaan Kamus

Kamus istilah ini di susun dengan menggunakan metode Nidzam al-Alfaba’i al-Khas[1] (sistem alfabetis khusus)
Sistem alfabetis khusus adalah sistem penyusunan kamus lafadz yang diperkenalkan oleh Abu Bakar Bib Duraid (233-321 H.) memulai kamusnya yang berjudul Jamharah al-Lughah atau yang lebih dikenal dengan kamus al-Jamharah. Yang dimaksud dengan sistem alfabetis khusus adalah sistem penyusunan urutan kata-kata dalam kamus berdasarkan urutan huruf hijaiyah yang telah disusun oleh Nashr Bin Ashim, yaitu urutan huruf sejak alif, ba, ta, tsa, dan seterusnya hingga huruf ya seperti yang kita kenal saat ini. Urutan alfabetis ini dianggap lebih mudah dan lebih popular di kalangan masyarakat, berbeda dengan urutan huruf yang berdasarkan makharij al-huruf yang hanya dikenal oleh orang-orang tertentu yang mengerti tentang ilmu qiraat (ilmu tajwid). 
Ada dua faktor yang melatarbelakangi Ibnu Duraid menyusun kamus sistem alfabai khas ini, yaitu: pertama, kesulitan dalam mencari makna kata dalam kamus yang menggunakan system fonetik seperti kamus al-‘Ain karya Khalil dan kamus-kamus lain yang beredar saat itu. Kesulitan tersebut banyak dialami masyarakat yang tidak mengenal urutan huruf yang berdasarkan makhraj. Selain itu, beberapa kamus bersistem fonetik dianggap tidak konsisten dengan urutan huruf yang bersistem fonetik. Kedua, susunan huruf hijaiyah yang berhasil disusun oleh Nashr Bin Ashim, telah popular dikalangan masyarakat. Apalagi urutan huruf hijaiyah itu didukung oleh pemerintah dan diakui oleh ulama dan masyarakat sebagai system baku dalam penyusunan buku-buku islami selain kamus bahasa.


أمثلة
تعريف
اصطلاح
أ
صَانَ-يَصُوْنُ
kalimat yang ‘ain fi’ilnya berupa wawu.
أَجْوَفُ وَاوِي
هَابَ-يَهَابُ-هَيْبَةً
Kalimat yang ‘ain fi’ilnya berupa ya.
أَجْوَفُ يَائِي
مِنْصَرٌ
Isim yang menunjukkan alatnya berbuat.
اِسْمُ الأَلَةِ
مَنْصَرٌ
Isim yang menunjukkan waktu terjadinya pekerjaan atau peristiwa.
اِسْمُ الزَمَانِ
مَنْصَرٌ
Isim yang menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan atau peristiwa.
اِسْمُ المَكَانِ
هَذَا الكِتَابُ
Kalimat yang menunjukkan perkara tertentu (muayyan) dengan perantaraan isyaroh yang bisa dilihat oleh mata (hissiyah) seperti tangan dan l’ainnya atau dengan isyaroh yang tidak bisa dilihat oleh mata seperti pengertian atau pemahaman (ma’nawiyah)
اِسْمٌ إِشَارَةٌ
هُوَ أَحْمَدُ
Kata kinayah atau kata ganti isim dhohir yang berkedudukan sebagai pihak kesatu (takallum), kedua (khitob), atau ketiga (ghoib) yang berfungsi untuk menolak keserupaan (dhomir munfashil) atau untuk menolak keserupaan serta meringkas kalam (dhomir muttashil)
اِسْمٌ ضَمِيْرٌ
نَاصِرٌ
Isim yang dicetak untuk menunjukkan orang/ sesuatu yang melakukan pekerjaan/peristiwa.
اِسْمُ الفَاعِلِ
كَفَرَ
Kata dasarnya fi’il
أَصْلُ الْفِعْلِ
مَنْصُوْرٌ
isim yang dicetak untuk menunjukkan orang/sesuatu yang kejatuhan perbuatannya fail
اِسْمُ المَفْعُوْلِ
ت
فَعَلَ -  يَفْعُلُ-  فَعْلاً
Suatu ilmu yang membahas tentang perubahan kalimat dari satu shigot ke shigot yang l’ain yang berbeda-beda untuk mencapai ma’na yang dikehendaki.
تَصْرِيْفٌ إِصْطِلاَحِيٌ
فَعَلَ فَعَلَا فَعَلُوا
Perubahan bentuk kalimat ke bentuk l’ain dengan memperhatikan mufrod, tasniyah dan jama’ serta memperhatikan mudzakar, mu’anats, dan ghoib, khitob, serta takallumnya
تَصْرِيْفٌ لُغِوِيٌ
ث
فَتَحَ
Kalimat yang fi’il madhinya terdiri dari tiga huruf.
ثُلاَثِى مُجَرِّد
ر
دَحْرَجَ
Kalimat fi’il yang madhinya terdiri dari 4 huruf asal dan bebas dari huruf tambahan
رُبَاعِي مُجَرَّد
حَوْقَلَ
Kalimat yang fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf, yang 3 berupa huruf asal dan yang 1berupa huruf ilhaq, yaitu huruf yang ditambahkan dalam suatu kalimat agar sama dengan kalimat l’ain dalam bilangan huruf, jenis harokat dan sukunnya serta sama dalam semua tashrifnya.
رُبَاعِي مُلْحَق
ص
ضَرَبَ
Kalimah yang fa fi’il, ‘‘ain fi’il, dan lam fi’ilnya tidak berupa hamzah dan tidak berupa huruf illat (wawu, alif, ya).
صَحِيْحٌ
حَسَنُ
Isim sifat yang dicetak dari fi’il lazim yang menunjukkan makna yang senantiasa ada (tsubut) pada mausuf
صِفَةٌ مُشَبِّهَةٌ
مَسَاجِدُ، مَسَاجِيْدُ
Shighot jama’ taktsir yang memuat alif taktsir yang mana setelah alif taktsir terdapat dua huruf atau tiga huruf dan yang tengah mati
صِيْغَةُ مُنْتَهَى الجُمُوْعِ
ض
هُ ، هُمَا
Dhomir yang tidak bisa dibuat permulaan dan tidak bisa jatuh setelah lafadz إلا
ضَمِيْرٌ مُتَّصِلٌ
ضَرَبْتُ
Dhomir yang berkedudukan sebagai pelaku
ضَمِيْرُ مَحَلِ رَفَعٍ
هُوَ، هُمَا
Dhomir yang tidak bisa dibuat permulaan dan tidak bisa jatuh setelahnya إلا
ضَمِيْرٌ مُنْفَصِلٌ
ف
فَرَّحَ زَيْدٌ عَمْرًا
Pelaku pekerjaan
فَاعِلٌ
نَصَرَ
Kalimat yang menunjukkan arti pekerjaan
فِعْلٌ
عَلَمَ
Kalimat yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau
فِعْلُ الماضِى
اُنْصُرْ
Kalimat yang menunjukkan pekerjaan yang diperintahkan
فِعْلُ الأَمْرِ
لاَ تَنْصُرْ
Kalimat yang menunjukkan pekerjaan yang dilarang.
فِعْلُ النَهْىِ
نَصَرَ، اجْتَمَعَ
fi’il madhi yang awalnya berharokat fathah atau huruf yang pertama kali berharokat menyandang harokat fathah
فِعْل مَاض مَبْنِي الفَاعِل
نُصِرَ، اجْتُمِعَ
Fi’il madhi yang huruf pertamanya berharokat dhommah dan huruf sebelum akhir berharokat kasroh atau huruf yang pertama kali berharokat menyandang harokat fathah dan huruf sebelum akhir juga menyandang harokat kasroh
فِعْل مَاض مَبْنِي المَفْعُوْل
يَنْصُرُ
Kalimat fi’il yang mendapat tambahan sala satu dari huruf mudhoro’ah (hamzah. nun, ya, ta)
فِعْلُ المُضَارِعِ
يَضْرِبُ، يُدَخْرِجُ
Fi’il mudhori’ yang huruf mudhoro’ahnya dibaca fathah bila fi’il madhinya terdiri dari tiga huruf. Dan huruf mudhoro’ahnya dibaca dhommah dan huruf sebelu akhir dibaca kasroh jika fi’il madhinya terdiri dari empat huruf
فِعْل مُضَارِع مَبْنِي الفَاعِل
يُضْرَبُ، يُدخْرَجُ
Fi’il mudhori’ yang huruf mudhoro’ahnya dibaca dhommah dan  huruf sebelum akhir dibaca fathah
فِعْل مُضَارِع مَبْنِي الَمفْعُوْل
ل
تمَاَرَضَ زَيْدُ
Menunjukkan arti fail menampakkan sesuatu (asal fi’il) akan tetapi tidak sesuai dengan sebenarnya
لِإِظْهَارِ مَا لَيْسَ فِي الْوَاقِعِ
تَبَنَّيْتُ يُوْسُفَ
Mengambilnya fail pada maful untuk dijadikan asal fail
لاِتِّخَاذِ الْفَاعِلِ أَصْلَ الْفِعْلِ مَفْعُوْلًا
خَيَّمَ الْقَوْمُ
Menunjukkan arti mencetak kalimat fi’il dari kalimat isim yang menunjukkan arti perbuatan.
لاِتِّخَاذِ الْفِعْلِ مِنَ الاِسْمِ
سَارَ
Kalimat yang tidak membutuhkan objek
لاَزِم
تَسَامَى = سَمَا
Menunjukkan arti sama dengan arti mujarrodnya
لِتَأْدِيَةِ مَعْنَى مُجَرَّد
قَشَّرَ زَيْدٌ اَلرُّمَّانَ
Menunjukkan arti fail menghilangkan asal fi’il dari maf’ul.
لِسَلْبِ أَصْلِ الْفِعْلِ مِنَ الْمَفْعُوْلِ
خَشِيَ
Kalimat yang fa  fi’il dan lam fi’ilnya berupa huruf illat
لَفِيْف مَفْرُوْق
وَجِيَ
Kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya berupa huruf illat.
لَفِيْف مَقْرُوْن
اَعْرَقَ عَمْرٌو
Menunjukkan arti menujunya fail pada suatu tempat
لِقَصْدِ الْمَكَانِ
اسْتَخْجَرَ الطِّيْنُ
Berubah atau pindahnya fail pada asal fi’il
للِتَّحَوُّلِ
تَشَيْطَنَ عَمْرٌو
Menyerup’ainya fail terhadap asal fi’il
للِتَّشْبِيْهِ لِأَصْلِ الفِعْلِ
فَرَّحَ زَيْدٌ عَمْرًا
Membutuhkannya fi’il pada maf’ul
للِتَّعْدِيَةِ
أَباَعَ الثَّوْبَ
Menawarkan sesuatu (fail menawarkan maful untuk diberi hukum asal fi’il)
للِتَّعْرِيْضِ
تَشَجَّعَ زَبْدٌ
Kesungguhan fail dalam usaha (asal fi’il) supaya berhasil
للِتَّكَلُّفِ
اَحْصَدَ الزَّرْعَ
Datangnya suatu masa yang mana fail harus berhubungan dengan asal fi’il
لِلْحَيْنُوْنَةِ
أَمْسَى الْمُسَافِرُ
Menunjukkan arti masuknya fail pada suatu waktu
للِدُّخُولِ فِي الشَيْءِ
قَطَّعَ زَيْدٌ اَلْحَبْلَ
Menunjukkan makna memperbanyak
للِدِّلاَلَةِ عَلَى التَّكْثِيْرِ
تَجَرَّعَ زَيْدٌ
Menunjukkan arti hasilnya asal fi’il dalam satu tahap setelah tahap yang l’ain (bertahap)
للِدِّلالِةِ على حُصُوْلِ أَصْلِ الفِعْلِ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى
احْمَرَّ البُسْرُ
Menunjukan arti masuknya fail pada sautu sifat (asal fi’il)
للِدِّلاَلَةِ عَلَى دُخُوْلِ فِي الصِّفَةِ
تَذَمَّمَ زَيْدٌ
Menunjukkan arti fail menjauhi suatu perbuatan (asal fi’il)
للِدِّلاَلَةِ على مُجَانَبَةِ الفِعْلِ
أَقْفَرَ الْبَلَدُ
Berubahnya fail menjadi asal fi’il
للِصَّيْرُوْرَةِ
تَعَجَّلَ الشَّيْئُ
Mencari, fail mancari asal fi’il dari maful
للِطَّلَبِ
اَشْغَلْتُ عَمْرًا
Menunjukkan arti melebih-lebihkan fi’il
لِلْمُبَالَغَةِ
ضَارَبَ زَيْدٌ عَمْرًا
Menunjukkan arti persekutuan antara dua orang dalam melakukan sesuatu.
لِلْمُشَاركَةِ بَيْنَ اثْنِيْنِ
تَصَالَحَ الْقَوْمُ
Menunjukkan makna persekutuan antara dua orang atau lebih dalam melakukan sesuatu
لِلْمُشَارَكَةِ بَيْنَ اثْنَيْنِ فَأَكْثَرْ
جلْبَبْتُ زَيْدًا فتجَلْببَ
Menunjukkan arti muthowa’ah dari lafad yang ilhaq (disamakan)
لِلْمُطَاوَعَةِ مُلْحَق
تَوَارَدَ اْلقَوْمُ
Menunjukkan arti jatuhnya atau terjadinya sesuatu (asal fi’il) secara bertahap
لِلْوُقُوْعِ تَدْرِيْجًا
بَاعَدْتُهُ فَتَبَاعَدَ
Berhasilnya kesan tatkala mutaadi berhubungan dengan mafulnya
لِمُطَاوَعَةٍ
كَفَّرَ زَيْدٌ عَمْرًا
Menunjukkan arti menisbatkan maf’ul pada asal fi’il / memberi hukuman maf’ul dengan asal fi’il / menyebut (memanggil) maf’ul denagn asal fi’il
لِنِسْبَةِ الْمَفْعُوْلِ إِلَى أَصْلِ الْفِعْلِ
أَعْظَمْتُهُ
Menunjukkan arti menemukan sesuatu (maful) dalam suatu sifat
لِوِجْدَانِ الشَّيْئ فَي الصِّفَاتِ
اَثْمَرَ الطَّلْحُ
Menunjukkan arti wujudnya sesuatu pada fail, yang mana fi’il dicetak dari asal fi’il tersebut
لِوُجُوْدِ مَاشْتُقَّ مِنْهُ الْفِعْلُ فِي الْفَاعِلِ
م
نَصَرَ
Kalimat yang membutuhkan objek
مُتَعَدِّي
وَضَعَ
Kalimat yang fa  fi’ilnya berupa wawi.
مِثَالُ وَاوِي
يَفَعَ
Kalimat yang fa  fi’ilny aberupa ya.
مِثَالُ يَائِي
مَنْصَرَا
Masdar yang dimulai dengan mim tambahan.
مَصْدَرُ المِيْمِ
نَصْرًا
kalimat yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang tidak disertai waktu.
مَصْدَرُ غَيْر المِيْمِ
مَدَّ
Kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’il hurufnya sama.
مُضَاعَفٌ
فَرَّحَ زَيْدٌ عَمْرًا
Yang dikenai pekerjaan (objek)
مَفْعُوْلٌ
أَدَمَ-لَؤُمَ-نَشَاءَ
Kalimat yang ‘ain, fa dan lam fi’ilnya berupa hamzah.
مَهْمُوْزٌ
وَأَدَ
Kalimat fi’il yang ‘ain fi’ilnya berupa hamzah
مَهْمُوزُ عَيْنِ
أَمَلَ
Kalimat yang fa fi’ilnya berupa hamzah.
مَهْمُوْز فَاءِ
بَرِئَ
Kalimat fi’il yang lam fi’ilnya berupa hamzah
مَهْمُوْزُ لاَمِ
مَنْصُوْرٌ
Kalimat yang tidak mengumpulakan huruf fa, ‘ain, dan lam secara berurutan.
مَوْزُوْنٌ
ن
غَزَا
kalimat yang lam fi’ilnya berupa wawu.
نَاقِص وَاوِي
خَشِيَ
Kalimat yang lam fi’ilnya berupa ya
نَاقِص يَائِ
يَقُوْمَنَّ
Nun yang bertasydid dan berharokat fathah yang berfungsi untuk meyakinkan makna
نُونُ التَّوْكِيْدِ الثَّقِيْلَةِ
يَقُوْمَنْ
Nun mati yang berfungsi untuk meyakinkan makna
نُونُ التَّوْكِيْدِ الخَفِيْفَةِ
و
فَعَلَ
Kalimat yang mengumpulkan huruf fa, ‘ain, dan lam secara berurutan.
وَزْنٌ
ه
أَكْرَمَ
Hamzah yang di baca ketika berada di awal dan di tengah kalimat
هَمْزَةُ القَطْعِ
اِجْتَمَعَ
Hamzah yang hanya di baca di awal kalimat dan di tengah kalimat tidak di baca
هَمْزَةُ الوَصْلِ
 

 [1] Di ambil dari makalah “PERTUMBUHAN LEKSIKOGRAFI BAHASA ARAB (Sebuah Kajian Historis-Deskriptif) Muhyiddin”

[1] http://ppuq-pc.blogspot.com/2010/08/kh-m-mashum-bin-ali-pengarang-kitab.html